Sabtu, 12 Maret 2011

Arti dan Faktor Densitas


Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air)
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
ρ = m / v
dengan
ρ adalah massa jenis,
m adalah massa,
V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah: gram per sentimeter kubik (g/cm3).
1 g/cm3=1000 kg/m3
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal dalam kolom perairan dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi pada lapisan permukaan pada kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung pada suhu dan salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas permukaan laut berkurang apabila ada pemanasan, presipitasi, dan aliran sungai, serta dapat meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):
ρ = ρ(T,S,p)
Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State, 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m.
Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas.
  • S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
  • S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai.
Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan referensi. 
Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses :

  • ·        Evaporasi di permukaan laut
  • ·       Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogeny
  • ·    Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline)
  • ·        Dibawah Polycline hingga dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi Densitas atau Thermohaline. Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.
Umumnya ada hubungan tak lansung antara suhu dan densitas, karena adanya ganguan atom-atom dalam molekul air. Kenaikan sushu menurunkan densitas air laut dan menambah daya larut air laut. Air murni dapat beku pada suhu 0 derajat Celsius, karena ada pengaruh dari densitas dan salinitas air laut masih dapat cair pada suhu 0 derajat Celsius. Pada permukaan air laut membeku pada suhu -1,9 derajat Celsius. Kapasitas menahan panas air laut dari air laut dan sirkulasi massa air laut menjadikan laut sebagai pompa panas raksasa. Panas dari matahari akan menghangatkan pada permukaan lintang rendah di bumi. Oleh sirkulasi permukaan air laut akan mengngkut panas ke lintang yang tinggi yang seharusnya dingin akan menjadi panas seperti daerah eropa. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan posisi Indonesia merupakan posisi penentu dalam mengontrol iklim global dan dunia yang bersumber pada arus lintas Indonesia dari samudera pasifik menuju samudera hindia dan atlantik.
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal di dalam kolom perairan, dan perbedaan secara horisontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung pada suhu dan salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas permukaan laut berkurang karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu.

DAPUS :
http://sudomo-gis.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Massa_jenis
http://oseanografi.blogspot.com
http://one-geo.blogspot.com/2010/01/karakteristik-air-laut-ii.html
http://acehpedia.org/Lingkungan_Laut

Minggu, 28 November 2010

hidrokarbon nonaromatik


       I.            Judul : Hidrokarbon Nonaromatik
    II.            Tujuan
            Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui senyawa hidrokarbon nonaromatik dengan menggunakan metode Baeyer.
 III.            Teori Dasar
9  Senyawa Hidrokarbon
            Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon paling sederhana yang terdiri dari atom karbon(C) dan hidrogen(H). Sampai saat ini terdapat lebih kurang 2 juta senyawa hidrokarbon.sifat senyawa-senyawa hidrokarbon ditentukan oleh struktur dan jenis ikatan koevalen antar atom karbon. Oleh karena itu, untuk memudahkan mempelajari senyawa hidrokarbon yang begitu banyak,para ahli melakukan penggolongan hidrokarbon berdasarkan struktur, jenis ikatan kovalen antar atom karbon.
9  Hidrokarbon nonaromatik
  Alkana
            Alkana adalah sebuah hidrokarbon jenuh asiklis. Alkana termasuk senyawa alifatik. Dengan kata lain, alkana adalah sebuah rantai karbon panjang dengan ikatan-ikatan tunggal. Rumus umum untuk alkana adalah CnH2n+2. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan rumus CH4. Nama lainnya adalah parafin.
  Alkena
            Alkena atau olefin dalam kimia organik adalah hidrokarbon tak jenuh dengan sebuah ikatan rangkap dua antara atom karbon. Rumus umumnya adalah CnH2n. Alkena yang paling sederhana adalah etena (C2H4). Nama lain untuk alkena adalah olefin. Alkena berisomer dengan sikloalkana. Alkena ini mempunyai sifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Alkena lebih reaktif jika dibandingkan dengan alkana, dikarenakan alkena mempunyai ikatan rangkap dua.
  Alkuna
            Alkuna adalah hidrokarbon tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap tiga. Secara umum, rumus kimianya CnH2n-2. Salah satunya adalah etuna yang disebut juga sebagai asetilen dalam perdagangan atau sebagai pengelasan.
9  Metode Baeyer
            Uji bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan heksana, benzena,dan sikloheksana tehadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada uji bayers ini dilakukan dengan mencampurkan larutan Na2CO3 5% dan larutan KMnO4 5%. Ketika dicampurkan dengan larutan Na2CO3 5% larutan pada senyawa hidrokarbon berubah menjadi bening, tetapi ketika dicampurkan dengan KMnO4 5% senyawa hidrokarbon menjadi berwarna ungu. Hasil yang seharusnya terjadi Hasil yang semestinya adalah hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan MnO2.

 IV.            Alat dan Bahan
4.1  Alat
E      Tabung Reaksi
E      Pipet
E      Gelas ukur

4.2  Bahan
E      Alkohol absolute
E      KMnO4 1%
E      n-heksana
E      sikloheksana

    V.            Prosedur Percobaan
9  Pengujian sikloheksena
            Memasukkan 3 tetes sampel yang berupa sikloheksana ke dalam tabung reaksi. Kemudian menambahkannya dengan alcohol absolute sebanyak 10 mL. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan KMnO4 1% sebanyak 3 tetes (sampai terjadi perubahan warna pada larutan).
9  Pengujian n-heksana
            Tidak jauh berbada dengan prosedur yang dilakukan pada tahap pengujian sikloheksena, yakni hanya perbedaan sampel yang digunakan. Pertama, memasukkan sampel yang berupa n-heksana ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet. Kemudian menambahkannya dengan alcohol absolut sebanyak 10 mL. Terakhir, menambahkannya dengan KMnO4 1% sebanyak 3 tetes.
            Hasil positif akan diperoleh jika dalam 1 menit warna ungu ion permanganat hilang dan terbentuk endapan oksida hidrat mangan berwarna coklat. Penambahan KMnO4 dapat disesuaikan agar memperoleh warna ungu tetap (biasanya 1-3 tetes).



 VI.            Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil
  Sampel 1 : sikloheksena
  Sampel 2 : n-heksana
            Dari kedua sampel yang diuji didapatkan dua hasil yang berbeda antara sikloheksena dengan n-heksana. Sampel pertama berupa alkena yang menghasilkan warna coklat pekat dan menghasilkan endapan. Sedangkan sampel kedua berupa alkana menghasilkan perubahan warna coklat terang. Dari perubahan tersebut, dapat dilihat bahwa hasil positif / menunjukkan kereaktifan yaitu pada sampel 1 yaitu sikloheksena.
             
5.2 Pembahasan
Dari hasil yang didapat sampel yang menunjukkan kereaktifan yaitu pada alkena (sikloheksena). Hal ini dikarenakan sikloheksena mengandung ikatan rangkap sehingga jika dibandingkan dengan n-heksana, senyawa alkena akan mudah bereaksi karena adanya ikatan rangkap. Hasil positif tersebut ditunjukkan dengan perubahan warna yang lebih pekat, yaitu coklat gelap. Selain itu hasil lain yaitu berupa adanya endapan coklat yang banyak.
            Pada sampel 1 dan ke-2 menghasilkan reaksi sebagai berikut :
Ø  sikloheksana.bmpsikloheksana.bmpReaksi sikloheksana                       OH
          + KMnO4 + 4H2O                  + 2MnO2 + 3O2 + 2KOH
                                                         OH
Ø  Rekasi n-heksana
CH3CH2CH2CH2CH2CH3 + KMnO4 + H2O   
           
            Dari reaksi diatas sudah sangat jelas terlihat perbedaan. Pada sampel pertama mengandung ikatan rangkap sedangkan pada sampel kedua tidak mengandung ikatan rangkap. Jadi, senyawa yang akan mudah bereaksi adalah senyawa yang memiliki ikatan rangkap atau dapat disebut sebagai hidrokerbon tak jenuh. Sedangkan senyawa yang berikatan tunggal disebut juga hidrokarbon jenuh.

VII.            Kesimpulan
ü  Metode Baeyer adalah metode yang digunakan untuk menguji kereaktifan alkana dan sikloalkana terhadap KMnO4
ü  Hasil positif ditunjukkan oleh reaksi sikloheksena yang ditambah dengan KMnO4 yang menghasilkan warna coklat pekat dan juga endapan coklat yang banyak.
ü  Alkena akan mudah bereaksi jika dibandingkan dengan alkana
ü  Alkena berisomer fungsi dengan sikloalkana.
ü  Alkana merupakan hidrokarbon jenuh yang tidak mudah bereaksi, sedangkan sikloalkana atau alkena adalah hidrokarbon tak jenuh yang mudah bereaksi.

Daftar Pustaka
©      Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
©      Modul praktikum Kimia Orgaik.
©      http://annisanfushie.wordpress.com

Sabtu, 25 September 2010

semangadh terus...

apa pun yang ingin kamu lakukan
lakukanlah
selagi kamu mampu
selagi kamu yakin
selagi kamu percaya 
bahwa kamu mampu melakukannya dan itulah yang terbaik untuk dirimu

yakin, percaya, dan lakukanlah yang terbaik
buktikan pada semua orang bahwa kamu pun mampu melakukan yang mungkin orang lain remehkan...
jangan pernah menyerah, putus semangadh untuk mencoba segala hal yang baru

karena disanalah letak dari pengalaman yang akan kamu temukan dengan sendirinya...
bahkan kamu pun dapat belajar melihat segala sesuatunya lebih bijak lagi...^^

tak da manusia yang sempurna... tapi tak da salahnya untuk menjadikannya menjadi sempurna dan baik lagi...